» » » SEKILAS MANTRA DI DALAM SASTRA

11 Oct 2014

SEKILAS MANTRA DI DALAM SASTRA

Mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis, setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. (Pusat Bahasa Depdiknas R.I.,KBBI, Jakarta, 4 Februari 2008).

Mantra berupa rangkaian kata-kata (kalimat) yang dianggap mampu menciptakan perubahan (misalnya perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.

Mantra (Dewanagari: मन्त्र; IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran. Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, merupakan perwujudan pikiran yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara (id.wikipedia.org/wiki/Mantra).

Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu yang bermaksud baik maupun tidak baik. Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis.

Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing. Seperti dalam bahasa Minangkabau ada istilah manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, capak baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme), Melayu, bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha) dan bahasa Arab (pengaruh Islam) [Djamaris E. Pengantar sastra rakyat Minangkabau]. Walau dalam Islam tidak mengenal istilah mantra, karena segala siksa, adzab, karunia, kenikmatan, perlindungan dari berbagai adzab dan bencana berasal dari Allah Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta, dan segala permohonan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa adalah do’a (الدُّعاء). Islam hanya membolehkan berdo’a untuk kebaikan. Sedangkan do’a yang buruk dalam Islam mutlak dilarang, seperti memohon agar ditimpakan kecelakaan kepada seseorang atau kepada suatu kaum dan sebagainya.

Mantra Dalam Kebudayaan Masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di Nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Selain merupakan salah satu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang berima memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Pembelajaran di level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator menyebutnya sebagai sugesti diri.

Contoh:
  1. Sebait Mantra Pengusir Setan (dalam bahasa Jawa)
    Bismillaahirrahmaanirrahiim Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullaaah,
    Qulhu sungsang selangsang kumala geni
    Iblis mara, iblis mati
    Setan mara, setan mati
    Hantu mara, hantu mati
    Wilma mara, wilma mati
    Jalma mara, mara keplayu thobama karo rama.
    Laahawla Walaaquwwata illaa Billaah.

  2. Sebait Mantra Selamat (dalam bahasa Jawa)
    Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullaah, qulhu sungsang,
    tekenku para malaekat, Nabiku Nabi Muhammad,
    luputa kang diarah, kenaha kang ngarah. Allahu akbar.
    Keterngan:
    • luputa (baca: luputo) » luput » lupa, salah, melesed, terhindar.
    • luputa » kata perintah » luputlah, lupakanlah, hindarkanlah.
    • kenaha (baca: kenoho) » kata perintah » kenailah, mengenalah.
    • kang ngarah » yang mengarah (yang mengarahkan atau mengirimkan sesuatu ke sasaran yang diarah).
    Dalam Bahasa Indonesia:
    (Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullah, qulhu sungsang,
    tongkatku para malaikat, Nabiku Nabi Muhammad,
    luputlah yang diarah, kembalilah pada asalnya. Allahu akbar).

  3. Sebait Mantra Siyungwanara
    Gebyar sapisan sakehing cahya padha sirna,
    gebyar pindho sakehing roh padha sirep, rep sirep sajagate,
    kepyar-kepyur si bajul padha lumayu bubar.

  4. Mantra Pengobatan (Syifa’)
    Jenis mantra ini khusus digunakan untuk menyembuhkan penyakit.

    1. Mantra Sambur Sampuli:
      Bismillahirrahmanirrahim
      Baringgang baringganggung
      Ambil rakit
      Allmundhi mantuk ka pucuknya
      Jangan engkau mahaurinya
      Jangan engkau masuk ka pusatnya
      Jangan engkau masuk ka urinya
      Kalau engkau tak kaluar
      Maka manjadi segara hijau
      Barkat Lailahailallah Muhammadurrasulullah

    2. Mantra Sawan:
    3. Bismillahirrohmanirrohim
      Tarbang burung
      Mulang mansawan
      Hinggap kayu mali-mali
      Aku tahu asal engkau
      Mulang mansawan
      Asal uri lawan tambuni
      Barkat Lailahailallah Muhammadurrasulillah
Referensi:
  1. SMS JENAKA.
  2. http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 4 Februari 2008).
  3. Djamaris E. Pengantar sastra rakyat Minangkabau. Ed-1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2001.
  4. http://id.wikipedia.org/wiki/Mantra.
Bergabung di Facebook menjadi follower BERAGAM PUISI

No comments:

Post a Comment

DAFTAR POSTING