» » » MENULIS PUISI

1 Nov 2013

MENULIS PUISI

Menulis puisi kadang menjadi beban berat bagi seseorang. Hal ini karena anggapan bahwa puisi terlalu berat dari segi bahasa maupun penafsirannya. Oleh karena itulah dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana menulis puisi, sehingga dapat mewakili ide serta gagasan penulisnya. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1.  Puisi Epik; yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan maupun sejarah.
2. Puisi Naratif; yaitu puisi yang mengandung suatu cerita, ada yang menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.
3.  Puisi Lirik; yaitu puisi yang berisi luapan bathin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melengkapinya.
4.  Puisi Dramatik; yaitu salah satu jenis puisi yang secara obyektif menggambarkan perilaku seseorang, baik berupa lukisan dialog maupun monolog, sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.
5. Puisi Didaktik; yaitu puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
6.  Puisi Satirik; yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan dalam kehidupan suatu kelompok maupun masyarakat.
7.  Romance; yaitu puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap kekasihnya.
8.  Elegi yaitu puisi yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.
9. Ide yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan.
10.Hymne yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.
b.  Bait Dalam Puisi
Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris dalam puisi. Berperan untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
Bait juga berperan menciptakan tipografi puisi, dan bait juga berperan menekankan atau mementingkan suatu gagasan atau menunjukkan adanya loncatan-loncatan gagasan yang dituangkan penyairnya.
c.   Unsur Ritme dan Irama Dalam Puisi
1.  Ritme menyangkut pengulangan bunyi yang berselang atau beralang baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.
2.  Irama yaitu paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan tinggi rendah, panjang-pendek, kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan, suasana serta nuansa makna tertentu.
3.  Ragam Bunyi meliputi euphony, lacophony, dan onomatope.
Istilah eophony sebagai salah satu ragam bunyi yang mampu menuansakan suasana keriangan, vitalitas dan gerak.
Bunyi  lacaphony dalah bunyi yang menuansakan suasana ketertekanan batin, kebekuan, kesepian ataupun kesedihan.
Bunyi konsonan dapat berupa bunyi bilabial, seperti tampak pada larik-larik berikut:
Ketika tubug kuyup dan pintu tertutup.
d. Peranan Bunyi Dalam Puisi
1.  Untuk menciptakan nilai keindahan melalui unsur musikalitas, atau kemerduan.
2.  Untuk menuangkan makna tertentu sebagai perwujudan rasa dan sikap penyairnya.
3. Untuk menciptakan suasana tertentu sebagai perwujudan suasana batin dan sikap penyairnya.
e.  Majas Dalam Puisi
1.  Metafora yaitu pengungkapan yang mengandung makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna sebenarnya.
2.  Metonimra yaitu pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu baik berupa nama orang, benda, atau sesuatu yang lain untuk menampilkan makna-makna tertentu.
3.  Anafora yaitu pengulangan kata atau prase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk perekanan atau keefektifan bahasa.
4.  Oksimoron yaitu majas yang menggunakan penggabungan kata yang sebenarnya dan acuan maknanya bertentangan. Seperti pada salah satu puisi karya Sapardi Djoko Darmono:
Kita mesti berpisah, sebab sudah terlampau lama bercinta.

Bergabung di Facebook menjadi follower BERAGAM PUISI

No comments:

Post a Comment

DAFTAR POSTING