Menulis puisi kadang
menjadi beban berat bagi seseorang. Hal ini karena anggapan bahwa puisi terlalu
berat dari segi bahasa maupun penafsirannya. Oleh karena itulah dalam tulisan
ini dijelaskan bagaimana menulis puisi, sehingga dapat mewakili ide serta
gagasan penulisnya. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Puisi Epik; yakni suatu puisi yang di
dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik yang berhubungan dengan legenda,
kepercayaan maupun sejarah.
2. Puisi Naratif; yaitu puisi yang mengandung
suatu cerita, ada yang menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian
peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.
3. Puisi Lirik; yaitu puisi yang berisi
luapan bathin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman,
sikap, maupun suasana batin yang melengkapinya.
4. Puisi Dramatik; yaitu salah satu jenis
puisi yang secara obyektif menggambarkan perilaku seseorang, baik berupa
lukisan dialog maupun monolog, sehingga mengandung suatu gambaran kisah
tertentu.
5. Puisi Didaktik; yaitu puisi yang
mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
6. Puisi Satirik; yaitu puisi yang
mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan dalam
kehidupan suatu kelompok maupun masyarakat.
7. Romance; yaitu puisi yang berisi
luapan rasa cinta seseorang terhadap kekasihnya.
8. Elegi yaitu puisi yang mengungkapkan
rasa pedih dan kedukaan seseorang.
9. Ide yaitu puisi yang berisi pujian
terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan.
10.Hymne
yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap
bangsa dan tanah air.
b. Bait
Dalam Puisi
Bait
merupakan satuan yang lebih besar dari baris dalam puisi. Berperan untuk
membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu
yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
Bait
juga berperan menciptakan tipografi puisi, dan bait juga berperan menekankan
atau mementingkan suatu gagasan atau menunjukkan adanya loncatan-loncatan
gagasan yang dituangkan penyairnya.
c.
Unsur Ritme dan Irama Dalam Puisi
1. Ritme menyangkut pengulangan bunyi
yang berselang atau beralang baik di dalam larik puisi maupun pada akhir
larik-larik puisi.
2. Irama yaitu paduan bunyi yang
menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan tinggi rendah,
panjang-pendek, kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan,
kesan, suasana serta nuansa makna tertentu.
3. Ragam Bunyi meliputi euphony, lacophony,
dan onomatope.
Istilah
eophony sebagai salah satu ragam
bunyi yang mampu menuansakan suasana keriangan, vitalitas dan gerak.
Bunyi
lacaphony dalah bunyi yang menuansakan
suasana ketertekanan batin, kebekuan, kesepian ataupun kesedihan.
Bunyi
konsonan dapat berupa bunyi
bilabial, seperti tampak pada larik-larik berikut:
Ketika
tubug kuyup dan pintu tertutup.
d. Peranan
Bunyi Dalam Puisi
1. Untuk menciptakan nilai keindahan
melalui unsur musikalitas, atau kemerduan.
2. Untuk menuangkan makna tertentu
sebagai perwujudan rasa dan sikap penyairnya.
3. Untuk menciptakan suasana tertentu
sebagai perwujudan suasana batin dan sikap penyairnya.
e. Majas
Dalam Puisi
1. Metafora yaitu pengungkapan yang mengandung
makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna
sebenarnya.
2. Metonimra yaitu pengungkapan dengan menggunakan
suatu realitas tertentu baik berupa nama orang, benda, atau sesuatu yang lain
untuk menampilkan makna-makna tertentu.
3. Anafora yaitu pengulangan kata atau prase
pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk perekanan atau keefektifan
bahasa.
4. Oksimoron yaitu majas yang menggunakan
penggabungan kata yang sebenarnya dan acuan maknanya bertentangan. Seperti pada
salah satu puisi karya Sapardi Djoko Darmono:
Kita mesti berpisah, sebab sudah
terlampau lama bercinta.
No comments:
Post a Comment